Tuesday, 12 June 2012

MAKALAH CRUSTACEA RENDAH




MAKALAH
CRUSTACEA RENDAH




DISUSUN OLEH :
                                            Nama:    Amirul Rosid
                                            NIM:      08008049

PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2012


KATA PENGANTAR


Assalamu’alaikum w.w.
       Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga tugas makalah KEANEKARAGAMAN DAN KLASIFIKASI HEWAN yang berjudul CRUSTACEA RENDAH ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini disusun sebagai tugas akhir mid semester dan merupakan kewajiban kami untuk memenuhi tugas yang diberlakukan sebagai tugaskelompok.
Tak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada beberapa pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, diantaranya yaitu :
1.        Bapak trijoko selaku dosen mata kuliah KEANEKARAGAMAN DAN KLASIFIKASI HEWAN
2.        Orang tua kami yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materiil
3.        Sahabat- sahabat  serta   semua  pihak  yang  telah  membantu, sehingga  makalah  ini  dapat terselesaikan.
Penulis sadar bahwa penulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang mendukung dan membangun dalam pencapaian kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini akan bermanfaat bagi para pembaca umumnya dan bagi penulis khususnya.
Wassalamu’alaikum w.w.

                                                                           Yogyakarta, 15 Desember 2012
                                                                                                Penyusun,










Bab I. Pendahuluan


Dalam bahasa Latin, crusta berarti cangkang. Sehingga Crustacea disebut juga hewan bercangkang. Crustacea telah dikenal kurang lebih 26.000 jenis. Jenis crustacea yang paling umum adalah udang dan kepiting. Habitatnya sebagian besar di air tawar dan air laut, hanya sedikit yang hidup di darat.
Tubuh crustacea terdiri atas 2 bagian pokok, yaitu: sefalothoraks (kepala dan dada yang menyatu) dan badan bagian belakang (abdomen atau perut). Setiap ruas tubuhnya terdapat sepasang kaki. Pada bagian perut, terdapat 5 kaki renang. Pada bagian sefalothoraks terdapat sepasang antena, sepasang rahang atas (maksila), dan sepasang rahang bawah (mandibula). Di bagian kepala - dada terdapat 5 pasang kaki (1 pasang capit dan 4 pasang kaki jalan). Memiliki kulit keras (karapaks) di daerah kepala. Di bagian anterior terdapat sepasang mata majemuk yang bertangkai. Badan belakang pada udang melengkung diakhiri dengan ekor. Sistem pencernaannya dimulai dari mulut ke kerongkongan ke lambung lalu usus dan yang terakhir ke anus. Crustacea bernapas dengan insang. Sistem sarafnya merupakan susunan saraf tangga tali. Sistem peredaran darah terbuka. Mengalami fertilisasi internal. Pada umumnya perkembangan melalui fase larva. Crustacea mempunyai 2 lubang kelamin dibelakang dada. Habitat terutama di air tawar maupun air laut dan sedikit di darat
Klasifikasi Crustacea dibagi menjadi 2 subkelas :     
1.    Enormostraca (Udang-udangan kecil)
Ciri: berukuran kecil, serta merupakan zooplankton yang banyak terdapat di perairan air laut atau tawar.
Anggotanya terdiri dari: Ordo Copepoda, Ordo Cladocera, Ordo Ostracoda, dan Ordo Amphipoda
2.    Malacostraca (Udang-udangan besar)       
Anggotanya terdiri dari:
-          Ordo Isopoda (berkaki seragam) yang biasa hidup dilaut, air tawar maupun darat. Contohnya yaitu udang belalang
-          Ordo Decapoda (berkaki sepuluh) yang mempunyai 5 pasang anggota gerak pada segmen dada sebagai kaki. Jenisnya seperti udang, ketam, kepiting, rajungan, yuyu


Peranan Crustacea:
a.       Menguntungkan
-          Sebagai bahan makanan berprotein tinggi
-          Sebagai zooplankton yaitu sumber makanan ikan
b.      Merugikan
-          Merusak galangan kapal
-          Parast pada ikan dan kura kura
-          Merusak pematang sawah / saluran irigasi










Bab II
Isi


1.       Anostraca



 
Klasifikasi :
Filum              : Arthropoda
Subphylum     : Crustacea
Kelas              : Branchiopoda
Ordo               : Anostraca


Ordo anostraca sebagian besar termasuk feeder filter. Panjang tubuhnya sekitar 1 hingga 3 cm, tetapi beberapa spesies, seperti Branchinecta gigas dapat tumbuh hingga 10 cm. Tubuh tidak memiliki karapaks (cangkang keras atau tulang). Anostraca betina berwarna orange gelap, merah atau biru. Kebanyakan anggota anostraca memiliki jenis kelamin terpisah. Pada jantan kedua antenanya bermodifikasi menjadi organ yang berfungsi untuk menangkap betina saat kawin. Tubuh dapat dibagi menjadi tiga bagian yang berbeda : kepala, dada dan perut. Memiliki mata majemuk dan dua pasang antenna. Telur dikelilingi oleh dinding tebal yang memungkinkan mereka untuk bertahan dari kekeringan dan suhu tinggi. Mereka memakan bahan organik, seperti detritus, alga, protozoa, dan bakteri Branchinecta gigas. Kepalanya mengandung kelenjar pencernaan.
Berikut anatomi tubuh anostraca:



 




Anostraca biasa dijumpai di kolam, danau dan air laut. Beberapa spesies dapat ditemukan pada danau dan gunung. Sementara yang lain, terutama Artemia ditemukan di laut di seluruh benua, kecuali Australia, dan Parartemia hanya di Australia. Spesies Thamnocephalus ditemukan di Amerika Utara dan Amerika Selatan. Spesies Dendrocephalus ditemukan di Amerika Selatan. Spesies Branchipodopsis ditemukan di Afrika Selatan. Dan spesies Streptocephalus dan Branchinella ditemukan di perbukitan timur laut Thailand.
Sistem reproduksi pada anostraca termasuk biseksual. Mereka bertelur. Pada jantan, kedua antena telah termodifikasi menjadi organ yang digunakan untuk menahan betina selama kopulasi. Selain itu, anostracans jantan memiliki dua penis. Daur hidupnya melalui 3 fase. Yang pertama fase kista (telur), merupakan suatu kondisi istirahat pada hewan crustacea tingkat rendah seperti artemia. Yang kedua, fase nauplius, merupakan fase dimana embrio anostraca  masih terbungkus selaput penetasan. Dan yang terakhir fase dewasa, dimana pada fase ini larva mulai dapat berenang bebas di perairan.
   
       Anostraca betina       
               

  Anostraca jantan

     Anostraca memiliki beberapa manfaat, diantaranya:
a.         Telurnya dapat digunakan sebagai sumber utama protein hewani dan pakan ikan. Misal: Telur Artemia.
b.         Spesies Streptocephalus dan spesies Branchinella dapat digunakan dalam berbagai hidangan lokal.
       Berikut beberapa contoh spesies Anostraca:
a.              Family Streptocephalidae, contoh: Streptocephalus seali Ryder.
b.             Family Chirocephalidae, contoh: Artemiopsis stephanssoni Johansen, Eubranchipus bundyi Forbes, Eubranchipus ornatus Holmes, dan Eubranchipus intricatus Hartland-Rowe
c.              Family Artemiidae, contoh: Artemia franciscana Kellogg
d.             Family Branchinectidae, contoh: Branchinecta campestris Lynch, Branchinecta coloradensis Packard, Branchinecta gigas Lynch, Branchinecta lindahli Packard, Branchinecta mackini Dexter, dan Branchinecta paludosa Muller
 



2.     Copepoda
Copepoda berasal dari bahasa Yunani yaitu Kope = "dayung" dan Podos = "kaki". Oleh karena itu Copepod = berdayung kaki, yang mengacu pada sepasang kaki yang sama yang bergerak bersama-sama. Copepoda merupakan kelompok entomostraca dengan jumlah spesies terbesar, yaitu sekitar 12.000 spesies dan sebagian besar hidup bebas dan sekitar 25%-nya sebagian ektoparasit. Kebanyakan Copepoda terdapat di laut dan sebagian lagi di air tawar, baik sebagai plankton maupun fauna interstisial. Beberapa spesies hidup dalam hamparan lumut dan humus. Rata-rata ukurannya antara 0,5-15 mm tetapi ada yang dapat mencapai 25 cm yang biasanya sebagai parasit, misalnya Panella sebagai ektoparasit pada ikan laut dan ikan hiu.
Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Filum        : Arthtropoda
Subfilum : Crustacea
Kelas        : Maxillopoda
Subkelas   : Copepoda
Tubuh kelompok ini berbuku-buku dengan bentuk pipih memanjang dan berkaki pendek dimana anterior lebih lebar. Bentuk dewasa mempunyai sebuah alat penginderaan pertama yaitu antena yang tersusun dari banyak segmen. Sedangkan antena kedua berfungsi untuk memegang. Pada daerah oral tubuh, dari beberapa kelompok yang termasuk parasit Copepoda termodifikasi sebagai mulut yang berbentuk pipa (mouth-tube) yang berfungsi untuk menyedot makanan, dengan mandibula berbentuk seperti parutan dibagian dalamnya.
Anatomi tubuh Copepoda:

Adaptasi secara morfologis yang terjadi pada parasit Copepoda berupa tambahan Cephalothorax yang kompleks pipih memanjang dan bagian ventral cembung dengan sebuah lempeng penghisap (sucking disc). Selain itu ada yang mempunyai struktur seperti jangkar, berfungsi untuk menjaga parasit agar tetap menempel pada hospes selama hidupnya. Contohnya pada Lernaecopodidae dan bangsa Siphonostomatoida. Copepoda dewasa berukuran antara 1 dan 5 mm. Bagian depan meliputi 2 bagian yakni cephalotoraks dan abdomen yang lebih kecil dibandingkan cephalotoraks. Pada bagian kepala memiliki mata di bagian tengah dan antenna yang pada umumnya sangat panjang. Copepoda yang bersifat planktonik pada umumnya suspension feeders.
Copepod dibagi menjadi 10 ordo, yaitu: Calanoid, Harpacticoid, Cyclopoid, Gelylloida, Harpacticoida, Misophrioida, Monstrilloida, Platycopioida, Poecilostomatoida, Siphonostoida, dan Argulidae. Sebagian besar anggota dari Copepoda adalah parasit pada invertebrata lain atau ikan. Kelompok-kelompok parasit menunjukkan sejumlah besar keanekaragaman morfologi dan memiliki spesialisasi yang luar biasa banyak untuk gaya hidup mereka parasit. Tiga kelompok yang paling sering hidup bebas,yaitu Calanoida, Harpactacoida, dan Cyclopoida. Para Harpactacoida bersifat bentik terbukti dengan berbentuk ulat mereka (berbentuk cacing). Para Calanoida dan Cyclopoida bersifat planktonik dan keduanya sangat penting dalam jaring makanan pada ekosistem.
Copepoda berenang menggunakan kaki renang dengan gerakan yang sangat cepat dan menyentak-nyentak (jerky sudden motions). Bila gerakan kaki renang berhenti, maka antena pertama (antenul) membuka ke arah lateral supaya tidak tenggelam. Bila sedang berenang, antenul mengarah ke belakang.
Kebanyakan copepoda planktonik di luar terdapat pada lapisan permukaan sampai kedalaman 50 m, namun banyak spesies dijumpai sampai 2.000 m, bahkan beberapa spesies lebih dalam lagi. Banyak spesies copepoda melakukan migrasi vertikal, dan dalam hal ini dipengaruhi cahaya. Harpacticoida dan cyclopoida penghuni dasar perairan merayap atau meliang (burrow) dalam substrat menggunakan kaki thorax dan gerak undulasi tubuh. Banyak harpacticoida hidup sebagai fauna interstisial mempunyai tubuh langsing dan antenna yang pendek.
Copepoda planktonik umumnya bersifat filter feeder dan memakan plankton. Banyak pula jenis yang menangkap organisme lebih besar disamping sebagai filter feeder, bahkan beberapa spesies merupakan predator. Beberapa jenis Cyclopoida seperti beberapa spesies Cyclops juga predator. Kebanyakan Harpaticoid benthic memakan bakteri dan detritus. Cadangan makanan dalam bentuk butir-butir minyak merupakan penyebab utama warna merah cerah pada beberapa spesies Diaptomus.

Tubuh Copepoda dibagi menjadi dua daerah,yaitu prosomal dan urosomal. Wilayah ini dipisahkan oleh artikulasi utama atau titik meregangkan dalam tubuh. Kelompok copepoda yang berbeda memiliki nomor yang berbeda dari segmen dalam prosome, sehingga generalisasi tidak dapat dibuat. Pada bagian prosomal dibagi menjadi dua bagian yaitu cephalotoraks (kepala dengan toraks dan segmen toraks ke enam) dan abdomen yang lebih kecil dibandingkan cephalotoraks, sedangkan urosomal merupakan bagian segmen toraks ke-7 sampai ekor. Hampir semua bagian tubuh ditemukan pada segmen prosomal kecuali untuk bagian spiney pada segmen tubuh terakhir disebut caudal ramus.
Cephalotoraks  mempunyai 5 pasang anggota tubuh  yaitu antena pertama, antena kedua, mandible, maxila pertama, maxilla kedua. Antena pertama berjumlah 25 segmen yang berfungsi sebagai alat sensor, gerak dan proses pembuahan/copulasi (jantan) untuk menempel pada betina. Antena kedua lebih pendek & berfungsi alat sensor jika ada mangsa atau saat terancam maka antenna ini yang akan mengirim sensor ke otak. Mempunyai sebuah mata nauplius median (di tengah) yang terdiri atas 3 buah ocelli yaitu 2 lateral dan sebuah median. Selain itu juga terdapat sepasang maksilliped dan masing pasangan mempunyai kaki renang yang biramus (3 segmen eksopod & 3 segmen endopod). Pada betina memiliki egg sac atau kantung telur untuk menyimpan telur. Bagian abdomen juga terdapat kaki renang yang biramus yang berjumlah lima pasang.
Habitat copepoda bermacam-macam, antara lain:
a)         Habitat Laut
Meskipun copepoda dapat ditemukan hampir di mana air tersedia tetapi sebagian besar yang dikenal hidup di laut. Karena mereka adalah biomassa terbesar di lautan. Beberapa menyebut mereka serangga laut. Mereka berkeliaran bebas air, liang melalui sedimen di dasar laut, ditemukan pada flat pasang surut dan dalam parit laut dalam. Setidaknya sepertiga dari semua spesies hidup sebagai asosiasi, commensals atau parasit pada invertebrata dan ikan. Salah satu hotspot keanekaragaman spesies terumbu karang tropis di IndoPacific. Beberapa spesies karang adalah host untuk sampai dengan 8 spesies copepoda. Seperti flat pasang mangrove berkerumun dengan kehidupan copepoda .
b)        Habitat Air Tawar
Spesies dari Calanoida, Cyclopoida dan Harpacticoida telah berhasil dijajah semua jenis habitat air tawar dari sungai kecil untuk danau gletser tinggi di Himalaya. Meskipun keanekaragaman jenis di air tawar tidak setinggi dalam kelimpahan laut copepoda terkadang cukup besar untuk noda air. Bahkan di air tanah copepoda khusus telah berevolusi. Beberapa spesies copepoda dapat ditemukan pada musim gugur daun hutan basah atau di tumpukan kompos basah, kadang-kadang dalam kepadatan cukup tinggi. Lainnya tinggal di lumut gambut atau bahkan dalam phytothelmata (kolam kecil terbentuk di axils meninggalkan tanaman) dari bromeliad dan tanaman lainnya.
Copepoda dapat bertahan hidup degan baik pada berbagai habitat karena dapat bertahan pada perubahan kondisi lingkungan yang ekstrim. Hidup pada salinitas 25 sampai 35 ppt dan pada suhu 17-30°C pada PH 8.
Walaupun memiliki tubuh yang kecil tetapi Copepoda memliki banyak manfaat yang sangat penting salah satunya memegang peranan penting dalam rantai makanan pada suatu ekosistem perairan. Copepoda memiliki peran penting pada rantai makanan di lautan karena peranannya sebagai sumber makanan utama bagi karnivor, termasuk jenis-jenis ikan untuk kepentingan komersial. Dalam industri pembenihan ikan laut saat ini, copepoda mulai banyak dimanfaatkan sebagai pakan alami untuk larva ikan. Copepoda cocok sebagai pakan larva ikan karena selain mempunyai nilai nutrisi yang tinggi juga karena ukuran tubuh yang bervariasi sehingga sesuai tingkat perkembangan larva ikan. Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa copepoda dapat meningkatkan pertumbuhan larva ikan laut yang lebih cepat dibandingkan Rotifer dan Artemia.
Copepoda memiliki kandungan protein yang tinggi (antara 44 dan 52%) dan struktur asam amino yang baik kecuali metionin dan histidin. Komposisi asam lemak dari copepoda bervariasi tergantung pakan yang diberikan selama kegiatan budidaya.
Fase nauplius: 3,5% EPA; 9% DHA; 15% HUFA(n-3)
Fase dewasa: -     Pakan Dunaliella(6% EPA; 17% DHA)
-          Pakan Rhodomonas (18% EPA; 32% DHA)
Copepoda (copepodit dan copepoda dewasa) juga dipercaya memiliki level enzim pencernaan yang lebih tinggi dan berperan penting untuk menunjang kebutuhan nutrisi larva. Padahal pada fase awal dari larva ikan-ikan laut belum memiliki perkembangan pada sistem pencernaan dan yang lebih dipercaya berperan hanyalah cadangan makanan exogenous (pakan dari luar) sebagai cadangan makanan alami untuk organisme. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Pederson (1984 dalam Lavens dan Sorgeloos, 1996), yang menguji pencernaan pada awal pemeliharaan larva, dan ditemukan bahwa copepoda lebih cepat tercerna dan cepat melewati usus serta lebih bagus tercerna dibandingkan Artemia.
Copepoda kaya akan protein, lemak, asam amino esensial yang dapat mempercepat pertumbuhan, meningkatkan daya tahan tubuh serta mencerahkan warna pada udang dan ikan. Keunggulan copepoda juga telah diakui oleh para peneliti, karena kandungan DHA-nya yang tinggi, dapat menyokong perkembangan mata dan meningkatkan derajat kelulushidupan larva. Copepoda juga mempunyai kandungan lemak polar yang lebih tinggi dibandingkan dengan Artemia sehingga dapat menghasilkan pigmentasi yang lebih baik bagi larva ikan. Perairan Indonesia kaya akan kehadiran berbagai jenis copepoda, memiliki peluang besar untuk memilih jenis pakan hidup yang unggul sebagai pakan alternatif atau pengganti Artemia yang saat ini harganya kian melambung.
Selain itu, beberapa copepoda memiliki beberapa manfaat tambahan. Mereka adalah "detritivores", yang berarti mereka akan mengais sisa-sisa makanan ikan, kotoran ikan, dan bakteri di dalam ekosistem. Mereka dapat membantu mengontrol kualitas air dengan memakan makanan yang tidak terpakai yang akhirnya dapat menyebabkan overload bakteri dalam kolam ikan.
Pembudidayaan copepoda memiliki kelebihan dan kekurangan, antara lain:
a.    Kelebihan Copepoda:
-       Kandungan protein yang tinggi (44-52%)
-       Kandungan asam amino yang tinggi : meningkatkan daya reproduksi induk, mempercepat pertumbuhan, meningkatkan daya tahan tubuh serta mencerahkan warna pada udang dan ikan.
-       Kandungan EFA (Essential fatty acid), DHA , serta (n-3) HUFA (highly unsaturated fatty acid) sangat tinggi pada tahap nauplius
-       Lebih mudah untuk dicerna dibanding Artemia
-       Dapat didistribusikan dalam berbagai tahap hidup (nauplii atau copepodit) sesuai kebutuhan
b.    Kekurangan Copepoda
-       Sulit untuk diproduksi secara masal, terkait dengan siklus hidup
Copepoda betina mempunyai sebuah atau sepasang ovary dan sepasang seminal receptacle. Copepoda jantan yang hidup bebas biasanya mempunyai sebuah testes dan membentuk spermatofora. Pada waktu kopulasi, copepoda jantan memegang yang betina dengan antena pertama atau kaki renang keempat atau kelima yang berbentuk capit, dan melekatkan spermatofora pada betina pada pembuahan seminal receptacle. Sekali kopulasi dapat digunakan untuk membuahi 7 sampai 13 kelompok telur. Telur yang telah dibuahi dierami dalam sebuah atau sepasang kantung telur. Tiap kantung telur berisi antara 5 sampai 50 butir telur. Copepoda betina mengerami telur sampai selama 12 jam sampai 5 hari, maka kantung telur hancur dan keluarlah larva yang disebut nauplius. Kemudian copepoda betina tersebut akan menghasilkan kantung baru dan kelompok telur baru.
Stadia nauplius sebnyak 5 atau 6 instar, kemudian menjadi copepodid sebanyak 5 instar, dan akhirnya menjadi dewasa. Copepoda dewasa tidak mengalami pergantian kulit. Perkembangan dari telur sampai dewasa memakan waktu antara satu minggu sampai satu tahun. Copepoda hidup bebas berumur antara 6 bulan sampai satu tahun lebih. Untuk mempertahankan diri terhadap lingkungan buruk, beberapa caponoid dan harpaticoid air tawar menghasilkan telur dengan cangkang tipis dan telur dorman dengan cangkang tebal. Jenis air tawar yang lain, ada instar copepodid atau dewasa melakukan estivasi dengan membungkus diri dengan selubung organic yang keras dan menjadi siste. Selain untuk mempertahankan diri terhadap lingkungan buruk, telur dorman atau siste juga merupakan sarana penyebaran keturunan.
Copepoda hidup bernafas dengan permukaan tubuh. Kelenjar makila merupakan alat ekskresi. Tidak ada jantung ataupun pembuluh darah. Darah beredar dalam hemocoel karena adanya gerakan otot, apendik saluran pencernaan. Hanya calanoid yang mempunyai jantung semacam kantung. Susunan syaraf terpusat, dan benang syaraf tidak melewati thorax. Copepoda yang hidup sebagai parasit lebih dari 1000 spesies. Kebanyakan sebagai ektoparasit, namun banyak juga sebagai endoparasit dalam tubuh polychaeta, usus leli laut, saluran pencernaan tunica dan kerang, bahkan pada crustacea lain. Endoparasit acapkali tidak mempunyai mulut, dan makanan diabsorbsi langsung dari inang.




3.       Cirripedia
Cirripedia merupakan salah satu ordo yang termasuk dalam Entomostraca atau Crustacea rendah. Tubuhnya terdiri dari kepala dan dada yang ditutupi karapaks berbentuk cakram yang hidup melekat di laut. Cirripedia bersifat parasit dengan cara hidupnya yang beranekaragam. Salahsatu diantaranya yaitu Teritip.

  Klasifikasi Teritip:
Kerajaan   : Animalia
Filum        : Arthropoda
Subfilum  : Mandibulata
Kelas        : Crustacea
Subclass   : Cirripedia

Teritip sering diabaikan karena kita lebih tertarik pada hewan-hewan laut yang berwarna-warni. Teritip biasa dikenal dengan nama barnakel. Mereka dianggap sebagai salah satu makhluk hidup tertua di bumi, karena diperkirakan hidup jutaan tahun yang lalu. Teritip merupakan crustacea yang mirip dengan kepiting dan udang. Mereka termasuk dalam kelas Cirripedia.
Teritip memiliki 6 tentakel yang digunakan untuk menangkap makanan yang disebut dengan “cirri”. Enam tentakel tersebut dilengkapi dengan bulu-bulu yang berfungsi untuk menarik air ke dalam cangkang, sehingga mereka bisa makan. Teritip mengeluarkan tentakel dan memperluas bulu-bulunya ketika air laut pasang. Bulu-bulu tersebut tersegmentasi untuk mengumpulkan plankton dari air. Setelah mendapatkan makanan, tentakel membentuk seperti sendok dimana partikel-partikel makanan yang didapatkan diteruskan ke mulut. Tentakel kedua digunakan untuk menyaring kadar polusi dan mendeteksi perubahan kondisi air, sehingga mereka bisa hidup meskipun kondisi air tidak baik.
 

Anatomi tubuh cirripedia:

Ada sekitar 1000 spesies teritip yang telah diketahui. Terkadang sulit dibedakan dengan mollusca karena cangkang luarnya yang keras. Cangkang teritip digunakan sebagai mantel untuk menutupi tubuhnya yang terbuat dari kalsit.
Teritip hidup sebagai sessile (menempel pada substrat). Hal tersebut dikarenakan mereka memiliki lem dari kelenjar khusus yang mengandung protein, dimana lem tersebut dapat mengeras dengan cepat di bawah air dan tekanan tinggi. Lem tetap dapat melekat kuat meskipun teritip sudah mati. Mereka sering ditemukan menempel di cangkang kepiting, ikan paus, batu, cangkang penyu, dan dinding perahu. Kerak dari teritip dapat berkembang dengan cepat di dinding kapal. Hal ini dapat mengurangi kecepatan kapal dan meningkatkan konsumsi bahan bakar meskipun sudah dicegah dengan melapisi dinding kapal menggunakan cat beracun. Namun, dengan cara tersebut teritip masih bisa hidup karena mereka dapat mengakumulasi logam berat yang berguna sebagai bio-indikator untuk mengukur polusi air. Meskipun beberapa spesies teritip bersifat parasit, namun sebagian besar teritip tidak berbahaya. Hal tersebut dikarenakan teritip feeder filter. Teritip juga tidak mengganggu dan tidak merugikan hewan lain.
 Panjang tubuh teritip antara 1 sampai 7 cm. Rata-rata bisa hidup 5 hingga 10 tahun. Teritip merupakan hewan hermaprodit. Tetapi mereka tidak membuahi dirinya sendiri. Mereka juga tidak melepaskan telur dan sperma ke dalam air pada saat bersamaan. Setelah terjadi pembuahan silang, telur akan dierami pada kantung telur yang terdapat dalam rongga mantel.
Telur akan menetas menjadi larva naupilus. Larva ini berenang bebas. Ukurannya sekitar 500 mikron hingga 2mm. Pada sudut-sudut depan larva terdapat duri seperti tanduk. Larva naupilus tidak makan. Ia memiliki antena dan satu buah mata. Tubuhnya berbentuk perisai. Juga mengalami molting (pergantian kulit) beberapa kali. Pada tahap ini, sistem sarafnya mulai berkembang, yang digunakan untuk mendeteksi keberadaan mangsa.
Fase Nauplius:

Kemudian larva naupilus berkembang menjadi larva cyprid. Pada tahap ini, larva mulai mencari dan menempel pada substrat yang cocok. Ketika menemukan substrat yang cocok, ia akan mengeluarkan lem dari kelenjar khusus di antenanya untuk menempelkan dirinya sebelum bermetamorfosis ke tahap dewasa. Setelah itu, ia akan membentuk struktur yang keras seperti cangkang mollusca. Bersifat fototropik negatif atau menjauhi cahaya. Larva ini menjelajahi permukaan substrat dengan merayap. Otak larva cyprid cukup kompleks. Ia memiliki sistem sensori ganda yang digunakan untuk mendeteksi tempat hidup yang sesuai.
Fase cyprid:

Setelah dewasa, tubuhnya bisa mencapai 7 cm. Untuk mencapai tahap dewasa, larva teritip membutuhkan waktu lebih dari enam bulan. Karapaks sudah menyatu dengan tubuhnya, sehingga hanya ada celah untuk jalan keluar masuk tentakel agar tetap bisa makan serta celah untuk penis.
Fase dewasa:

Predator teritip sangat banyak, seperti: cacing, siput, bintang laut, dan ikan. Selain itu, teririp tidak mampu bertahan hidup apabila ada limbah minyak. Mereka juga saling bersaing mendapatkan habitat yang layak bagi dirinya.
Teritip mengandung protein yang tinggi sehingga ia bisa dijadikan sumber makanan bagi ikan-ikan. Fosilnya juga dapat dijadikan sebagai tempat hidup hewan-hewan kecil.



Daftar Pustaka


Adelaide. 2004. Ocean pods : aquacultured copepods of the hobbyist. http://www.oceanpods.com. Diakses tanggal 10 Desember 2011.
Adi,bagus S.2011. Copepods (Copepoda) Ciri umum, Ciri khusus, Habitat, Penyakit. http://www.sbg.ac.at. Diakses tanggal 10 Desember 2011.
Alexandro. 2009. Barnacle. http://www.balanced.ca/. Diakses tanggal 10 Desember 2011.
Clifford, Hugh F. 2007. Aquatic Invertebrates of Alberta : Copepod. http://invertebrates.si.edu/copepod. Diakses tanggal 10 Desember 2011.
Erghi, Muhammad. 2010. Crustacea. http://nemofishunhas.blogspot.com. Diakses tanggal 10 Desember 2011.
Hermawan. 2010. Crustacea. http://e-dukasi.net. Diakses tanggal 10 Desember 2011. http://gmpg.org. Diakses tanggal 10 Desember 2011.
Jacob. 2010. Barnacle. http://a-z-animals.com. Diakses tanggal 10 Desember 2011.
Jimmy. 2010. Anostraca. http://www.jiffynotes.com. Diakses tanggal 10 Desember 2011.
John. 2011. Crustacea. http://www.wildsingapore.com. Diakses tanggal 10 Desember 2011.
Lussy. 2009. Anostraca. http://topic.askjot.com. Diakses tanggal 10 Desember 2011.
Ronquillo, U.2010. Copepoda. http://www.kaskus.us. Diakses tanggal 10 Desember 2011.
Setyo, Andi. Copepoda. http://www.ucmp.berkeley.edu. Diakses tanggal 10 Desember 2011.


untuk mendownload file ini klik DISINI

No comments:

Post a Comment