Total Pageviews

Friday, 23 December 2011

KEMEROSOTAN MORAL DI KALANGAN PARA REMAJA


Saat ini, telah terjadi kemerosotan moral di kalangan para remaja, termasuk anak-anak sekolah. Karena itu, dibutuhkan peran aktif institusi sekolah untuk membangun moral yang lebih baik. Apabila kita amati, ada beberapa penyebab moral siswa kurang mendapatkan perhatian sebagian institusi sekolah. Di antaranya, sebagian kalangan beranggapan bahwa moralitas tidak bisa dipakai untuk mencari uang/pekerjaan. Yang bisa dipakai sebagai syarat untuk mencari pekerjaan/uang adalah gelar pendidikan, kemampuan berbahasa, kecakapan berkomputer, dan sebagainya sehingga muncul pemahaman bahwa mendidik moral tidak terlalu diperlukan. Itulah orientasi yang salah di kalangan masyarakat kita. Pendidikan moral di dalam sekolah dianggap kurang penting karena moralitas tidak menjadi penilaian kelulusan siswa. Ada pendapat bahwa pembangunan moral adalah tanggung jawab guru-guru informal atau guru-guru spiritual, seperti ulama, kiai, pendeta, biksu, dan yang lainnya. Urusan moral bukan tanggung jawab guru-guru formal di sekolah.
Ada pula anggapan bahwa urusan moral adalah urusan privasi seseorang dengan agama dan Tuhan sehingga masyarakat pada umumnya dan guru sekolah pada khususnya tidak berhak terlalu mencampuri urusan privasi tersebut. Sebenarnya, anggapan-anggapan seperti itu kuranglah tepat karena pembangunan moral generasi penerus bangsa ini menjadi tanggung jawab bersama. Baik pemerintah maupun masyarakat, baik sekolah maupun orang tua dan lingkungan di sekitarnya. Namun, sekolah seharusnya memosisikan diri sebagai ujung tombak karena mendapatkan amanat dari konstitusi negara mengenai sistem pendidikan nasional.
Misalnya, ada seorang siswa yang nilai akademiknya bagus tapi dia sering membuat onar, mabuk-mabukan, bahkan mengutil/mencuri barang milik temannya, sepatutnya dia tidak naik kelas atau tidak diluluskan. Demikian juga siswa yang nilai akademiknya jelek. Meski siswa itu berperangai baik, sepatutnya tetap tidak diluluskan kalau memang tidak memenuhi standar nilai kelulusan. Itu semata-mata bertujuan untuk menjaga kualitas pendidikan.
Jadi, pembangunan moral siswa adalah tanggung jawab lintas mata pelajaran. Seandainya ada mata pelajaran khusus tentang moral, itu bukan tanggung jawab satu atau dua guru, tapi semuanya bertanggung jawab.
รจ Solosi Memperbaiki Moral Siswa
a.       Ada beberapa hal yang perlu dilakukan sekolah. Langkah pertama adalah reorientasi. Yakni, mengubah orientasi yang salah tentang pembangunan moral di sekolah. Anggapan-anggapan yang salah sebagaimana disebut di atas harus dibuang jauh. Setelah itu, menanamkan pemahaman bahwa mendidik moral siswa oleh sekolah sangat perlu dan penting (tidak berorientasi pada materi saja) dan menjadi tanggung jawab guru sekolah (bukan hanya tanggung jawab guru spiritual) serta tidak melanggar hak privasi siswa.
b.      Langkah selanjutnya, hendaknya persoalan moralitas siswa menjadi satu penilaian khusus dalam kegiatan belajar mengajar. Bahkan, kalau perlu, masalah moral dijadikan salah satu faktor pertimbangan kenaikan kelas dan kelulusan siswa. Hal itu sangat diperlukan untuk memacu siswa agar selalu memperbaiki akhlaknya.
c.       Melakukan komunikasi dan kerja sama antara guru dan wali murid untuk bersama-sama membangun budaya moral yang baik ketika ada di sekolah maupun di lingkungan tempat tinggal. Pembangunan moral harus dilakukan secara berkesinambungan kapan pun dan di mana pun. Hasil yang diraih tidak akan maksimal bila pendidikan moral hanya dilakukan di sekolah tanpa diteruskan di lingkungan rumah atau hanya dilakukan di rumah saja tanpa dilanjutkan di sekolah.
d.      Menyampaikan kepada siswa tentang manfaat-manfaat yang akan kita nikmati bila melakukan hal-hal positif di tengah masyarakat, dengan bukti-bukti yang mudah diterima pikiran mereka.
e.      Menyugesti jiwa anak didiknya bahwa kamu mampu berubah, kamu bisa meninggalkan perbuatan-perbuatan itu, dan kamu pasti bisa lebih baik, pasti bisa asal siswa mau. Pada akhirnya, harus diupayakan sekuat tenaga agar sedapatnya bisa memancing siswa menumbuhkan kesadaran sendiri untuk memperbaiki moral

4 comments:

  1. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  2. Baiklah, bahwa penurunan moral khususnya generasi muda dalam hal sikap perilaku sehari hari sudah semu terhadap jati diri bangsa kita,perilaku keterpaksaan,semangat ada tapi dengan dioprak-oprak baru jalan, contohnya gotong royong, sungkem, sopan santun, tidak menghiraukan lingkungan kotor,di sekolah juga terjadi kenakalan, tidak penuh menghormati guru dan karyawan, tidak peduli lingkungan, kepingin bolos, malas belajar, sikap spekulatip, tidak jujur, beribadah terpaksa, masjid jarang berjamaah, semangat belajar menurun, ...semua itu anak dikejar hanya ingin mengejar duwit, duwit, tampil beda, muncul kelompok-kelompok anarkis dan tidak ada tujuan yang jelas, hal ini gambaran generasi terlepas kendali, baik orang tuanya( sibuk urusan ekonomi, org, kerja,hiburan, bisnis, sampai tidak sadar pendidikan anaknya), di masyarakat, orang pada masa bodoh.. tahu tapi pura-pura tidak tahu yang penting urusan sendiri, dan takut menyinggung orang lain kalau salah paham, maka muncullah anak bebas pergaulan yang mematangkan pribadinya untuk mencoba-coba tanfa terkendali, setelah kejadian orang tua yang disalahkan, dan masyarakat tidak tahu, dan masa bodoh urusan orang lain yang report para aparat dalam mengatasi anak-anak jalanan, dan kebut-kebutan di jalan raya, ..ini contoh yang ada di masyarakat dan bahkan merebab sampai di desa kita !

    ReplyDelete
  3. menurut saya, mode fenomena di globalisasi bukan semua salah pemimpin kida dalam menganbil kebijakan publik dalam pembangunan , akan tetapi kita kebobolan maling atau penjajah yang menggilas budaya kita tanfa pamit, mungkin kita disogok oleh penysup karena kulit bangsa kita rawan , mungkin dalam bidang musik yang ngetren, muncul gemerlapan mode tampil beda, atau anggapan semakin banyak uang di era kapitalis orang cenderung ingin melampiaskan keinginan dengan tanfa mengingat kepada TUHAN, dan kealfaan rari orang-ornga yang sebenarnya menjadi panutan malah menjadi tontonan,... maka hal ini diremehkan secara tidak langsung, dan merespon sendiri di jiwa anak muda, maka kita tinggal memetik hasilnya sekarang ini, bahwa kita sudah kehilangan potensi,jatidiri, dan kita dielus-elus oleh gemerlapan tumpangan dunia, oleh globalisasi ,.. maka inilah dosa kita, berat sekali orang tua di jaman sekarang !

    ReplyDelete
  4. Sekarang bagaimana sikap kita sebagai orang yang bijaksana yang positip baik di lingkungan sekolah, keluarga, pemerintah desa, aparat keamanan, tokoh masyarakat, agama, organisasi, perusahaan,pejabat negara, politik, departemen luar negeri, kedutaan,,.. bagaimana kita mulai perang dengan bentuk penjajahan ini baik penjajahan moral, ekonomi, sosial, seni, pendidikan, politik, dll,...dengan sekuat pikiran, tenada, komitmen,...Jawabnya tidak bisa karena pecahan-pecahan harus ditambal sedikit-demi sedikit dari kehancuran yang terlindan semua minta tolong kesakitan tapi terlanjur obatnya, yaitu kita dipaksakan minum obat yang lebih keras dulu baru kita tubuhnya sudah melemah, maka kita "Insulinde" di era yang dininaboboki oleh keburu-buruan dalam mencari gemerlapan dunia semata, mereka mati-matian untuk dapat mengejar duniawi, ditirulah oleh anak cucu kita, buktikan, kata Pak Emil Salim Bahwa tahun 2020 Indonesia menjadi negara maju, terbukti ? ? ?

    ReplyDelete